Jika bisnis kamu belum masuk ke ranah digital, siap-siap kalah saing yuk lihat apa aja risiko-nya. Pernah nggak kamu bertemu dengan orang yang berpikir “Ah, saya cukup dengan toko fisik atau pelanggan lokal, ngapain digitalisasi?”
Kalau iya itu wajar. Tapi tantangannya sedang berapa banyak bisnis lain yang sudah melompat ke digital dan mulai merebut pasar yang lebih luas.
Mari kita lihat apa-apa yang bisa terjadi jika bisnis nggak ikut digitalisasi dan kenapa sekarang saatnya berpikir ulang.
Risiko-Risiko Jika Bisnis Tidak Digital
- Jangkauan Pelanggan Terbatas : Kalau hanya mengandalkan pasar lokal dan metode tradisional, kamu membatasi potensi pembeli. Menurut Kementerian Koperasi dan UKM, hingga Juli 2024 sebanyak 25,5 juta UMKM telah masuk ke ekosistem digital dari total ±64 juta UMKM di Indonesia. Artinya, banyak yang sudah bergerak, bagi yang belum ikut artinya memilih untuk “bermain di level yang lebih kecil”.
- Biaya Operasional & Pemasaran Lebih Tinggi : Bisnis yang belum digital sering masih mengandalkan metode tradisional yang cenderung lebih mahal brosur, etalase fisik, promosi langsung. Sementara digitalisasi memungkinkan efisiensi menurut Bank Indonesia, hingga triwulan I 2025 sebanyak 38,1 juta UMKM telah menggunakan sistem pembayaran digital QRIS, menunjukkan bahwa transaksi digital telah makin umum. Bisnis yang belum ikut proses ini bisa kalah efisiensi.
- Kehilangan Data & Insight Pelanggan : Jika bisnis masih “offline” sepenuhnya, kamu nggak punya banyak data tentang siapa yang beli, kapan mereka beli, melalui channel mana padahal data itulah yang jadi kunci kompetisi sekarang.
- Risiko Disrupsi & Kehilangan Relevansi : Pasar berubah cepat konsumen kini mulai dari internet, cari review, belanja online. Jika bisnismu tetap “cara lama”, maka bisa jadi ketinggalan tren dan pelanggan akan berpindah ke kompetitor yang sudah digital.
Dampak Nyata yang Terjadi
- Di tahun 2024, dari laporan pemerintah, sekitar 25,5 juta UMKM sudah “go digital”. Artinya, yang belum ikut adalah mayoritas UMKM.
- Menurut Bank Indonesia, bisnis yang sudah digitalisasi mencatat peningkatan efisiensi dan jangkauan pasar yang signifikan.
- Jadi jika bisnis kamu belum ikut digitalisasi, maka potensi untuk mengalami perlambatan pertumbuhan atau tertinggal menjadi nyata.
Tanda-Tanda Bisnis yang Mulai Tertinggal
Beberapa sinyal bahwa bisnis kamu mungkin sedang tertinggal akibat belum digital:
- Hanya mengandalkan pelanggan lokal dan melihat sedikit pertumbuhan baru.
- Pemasaran masih sepenuhnya offline/cetak tanpa analisis hasil.
- Transaksi hanya tunai atau manual, tanpa integrasi pembayaran digital.
- Sulit bersaing dengan bisnis lain yang sudah online dan muncul di hasil pencarian atau marketplace.
Jika kamu melihat beberapa poin di atas itu pertanda bahwa waktunya untuk berubah.
Kalau bisnismu belum ikut digitalisasi, maka bukan hanya “melewatkan tren” kamu bisa saja kehilangan pangsa pasar, efisiensi operasional, dan relevansi di mata pelanggan.
Digitalisasi bukan soal “apa teknologi yang saya punya?”, tapi “apakah saya siap berubah supaya bisnisku tetap ada dan tumbuh?”.
Jadi, daripada nunggu terlambat waktunya mulai lakukan hal supaya bisnis saya tetap relevan di era digital.