Membuat konten untuk bisnis, apalagi UMKM, sering terasa seperti menanam tanaman, kalau ditanam asal-asalan, bisa mati. Kalau dibombardir pupuk sekaligus, tanah bisa rusak, tapi kalau dirawat dengan sabar dan rutin, lama-lama tumbuh dan berbuah manis. Sama halnya dengan konten yang butuh kesabaran, konsistensi, dan pengelolaan agar bisa mendatangkan manfaat jangka panjang.
Konsistensi menjadi salah satu penentu keberhasilan strategi dalam jangka panjang. Strategi pemasaran yang konsisten sangat penting untuk keberlanjutan bisnis UMKM. SEO dan media sosial punya pengaruh signifikan terhadap keberhasilan kampanye digital marketing UMKM. Meski “konten berkualitas” secara parsial tidak selalu signifikan dalam penelitian tersebut, hal ini menegaskan bahwa konten harus dioptimalkan, bukan hanya dibuat asal-asalan agar bisa “berbuah” secara nyata.
Artinya, menanam banyak, tapi tidak memberi perhatian ke tanah (distribusi, SEO, relevansi) bisa sia-sia. Kalau diibaratkan merawat tanaman, berikut analogi strategi konten yang bisa diterapkan:
- Menyiram secara rutin = Posting konsisten : Gunakan content calendar agar kamu punya jadwal posting yang jelas. Dalam riset digital marketing UMKM, setelah pelatihan pembuatan konten digital, keterampilan peserta meningkat sampai 70%. Dengan jadwal rutin, engagement dan interaksi audiens cenderung lebih stabil karena audiens “tahu kapan menyiram” maksudnya, kapan mereka bisa mengharapkan konten dari kamu.
- Memberi “pupuk” = Optimasi konten : Gunakan SEO lokal, riset kata kunci lokal agar kontenmu ditemukan dengan lebih mudah di pencarian. Pastikan konten berkualitas: meskipun penelitian di Sumenep menunjukkan konten berkualitas sendiri secara statistik tidak selalu paling signifikan, tetapi bila dikombinasikan dengan SEO dan media sosial efektif, itu menjadi strategi yang kuat. Untuk bahan evaluasi, gunakan metrik seperti engagement, reach, konversi untuk melihat konten mana yang “berbuah”.
- Pangkas daun yang kurang sehat = Recycle dan optimasi ulang konten lama : Konten yang pernah tayang bisa dijadikan ulang (“repurposing”) misalnya artikel blog diubah jadi carousel Instagram, atau video pendek. Lakukan audit konten berkala untuk melihat mana yang paling efektif dan mana yang perlu diperbarui. Dengan cara ini, “tanaman” konten kamu tetap produktif tanpa harus menanam dari awal terus-menerus.
Sama seperti menanam tanaman, tentunya pasti tidak luput dengan tantangan yang ada dalam merawat konten:
- Sumber daya terbatas : UMKM kadang tidak punya cukup waktu atau orang untuk membuat konten secara rutin. Riset di Mami Kitchen menunjukkan keterbatasan dalam “menciptakan konten menarik” sebagai salah satu hambatan digital marketing.
- Konsistensi mental : Kadang semangat buat konten tinggi di awal, tapi lama-lama menurun. Tanpa “rutinitas menyiram”, tanaman bisa mati begitu pun konten berhenti, engagement bisa merosot.
- Optimasi yang kurang L Sekadar posting tanpa optimasi SEO, tanpa pemetaan content, atau tanpa strategi distribusi bisa membuat konten seperti “ditanam di pot kecil” saja, ia tetap tumbuh, tapi tidak “berbuah besar”. Kenapa Strategi “Pelan, Rutin, Baru Berbuah” Wajib Dilakukan?
- Investasi jangka panjang: Konten yang tumbuh perlahan biasanya punya akar (value) lebih kuat, sehingga audiens lebih percaya dan loyal.
- Efisiensi sumber daya: Dengan merencanakan dan konsisten, UMKM tidak perlu setiap waktu “ngerjain konten asal jadi”, tapi bisa bekerja secara lebih sistematis.
- Dampak marketing lebih besar: Kombinasi konten rutin + optimasi + evaluasi menghasilkan efektivitas kampanye yang lebih tinggi.
- Sustainabilitas: Jika “ditanam” dengan benar, konten bisa terus “berbuah”: terus menarik audiens baru, mempertahankan pelanggan lama, dan memperkuat brand.
Membuat konten untuk UMKM pada dasarnya serupa dengan merawat tanaman, dibutuhkan kesabaran, konsistensi, dan strategi yang tepat agar dapat berkembang dan memberikan hasil jangka panjang. Tanpa rutinitas seperti penjadwalan konten, optimasi SEO, dan evaluasi berkala, konten mudah “layu” dan tidak menghasilkan dampak berarti.
Namun berbagai penelitian UMKM di Indonesia menunjukkan bahwa ketika pelaku usaha merawat konten secara teratur meski pelan, hasilnya dapat meningkatkan brand awareness, engagement, hingga kepercayaan pelanggan. Dengan pendekatan yang konsisten, terukur, dan terus diperbaiki, konten yang dikelola pelan-pelan ini akhirnya akan “berbuah”, membantu UMKM tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan.