Digitalisasi bukan hanya soal teknologi. Ini tentang bagaimana bisnis mengubah mindset, proses, dan cara kerja agar tetap relevan dan tumbuh di era modern terutama untuk UMKM.
Pernahkah kamu merasa punya banyak aplikasi, akun media sosial, atau toko online tapi hasilnya masih sama aja? Bukan salah teknologinya seringnya yang jadi hambatan adalah cara berpikir kita terhadap digitalisasi.
Karena pada akhirnya, digitalisasi bukan sekadar “pasang aplikasi” atau “aktif di media sosial” lebih dalam dari itu digitalisasi adalah soal bagaimana bisnis kamu berpikir, beradaptasi, dan bertindak dengan mindset digital.
Mari kita bahas kenapa berpikir digital itu jauh lebih penting daripada sekadar teknologi, dan bagaimana UMKM bisa memulai perubahan mindset ini.
Apa Maksud “Cara Berpikir Digital”?
Berpikir digital berarti:
- Mengutamakan pelanggan dan data: bukan hanya “posting produk”, tapi “mengerti siapa yang butuh produkmu, kapan mereka membelinya, bagaimana mereka mendapatkannya”.
- Melihat proses bisnis secara end-to-end: mulai dari produksi, pemasaran, transaksi, hingga pelayanan pelanggan dan analisis data.
- Siap berubah dan adaptif: teknologi akan selalu berubah, tapi mindset yang terbuka terhadap perubahan-lah yang membuat bisnis tetap tumbuh.
- Fokus pada hasil, bukan hanya aktivitas: bukan “saya sudah aktif di Instagram” tapi “apa hasilnya?”. Dengan kata lain, teknologi hanyalah alat. Kalau cara berpikir kita masih tradisional, maka alat sebaik apapun akan kurang efektif.
Data Indonesia: Bukti Bahwa Mindset Itu Penting
- Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), hingga Agustus 2024 tercatat 27 juta UMKM di Indonesia telah mengadopsi teknologi digital, dan targetnya naik ke 30 juta UMKM pada 2024.
- Menurut Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop & UKM), per Oktober 2024 tercatat 25,5 juta UMKM telah masuk ke ekosistem digital.
- Namun menurut artikel di Kompas pada Januari 2024: digitalisasi UMKM Indonesia sebagian besar masih “semu”, karena meskipun hadir di platform digital, banyak yang belum mengubah proses atau mindset bisnis-nya.
- Laporan terbaru menyebut bahwa digitalisasi dan inklusi keuangan di wilayah pedesaan terus didorong oleh pemerintah karena menyadari bahwa akses teknologi saja belum cukup tanpa perubahan cara berpikir usaha.
Dari data-data ini kita bisa tarik kesimpulan adopsi teknologi meningkat, tapi keberhasilan digitalisasi sangat tergantung pada bagaimana bisnis memanfaatkan teknologi tersebut yaitu melalui perubahan mindset dan proses.
Kenapa Banyak UMKM “Digitalisasi” Tapi Tidak Maksimal
Berpikir tradisional bisa membuat digitalisasi hanya menjadi “tambahan” bukan “transformasi”. Beberapa contoh:
- Hanya punya akun Instagram atau jualan di marketplace, tapi masih proses manual, pengelolaan stok dan transaksi belum terintegrasi → digitalisasi jadi kurang efektif.
- Berpikir “teknologi akan otomatis membawa hasil” → tanpa strategi atau pemikiran untuk melakukan eksperimen, analisis data, dan adaptasi.
- Fokus pada teknologi murah/tidak jelas, tapi belum memperbaiki proses, layanan pelanggan, atau pengalaman konsumen.
- Kurang keberanian untuk mengubah cara kerja lama atau mencoba metode baru → teknologi jadi hanya “alat tambahan”.
Itulah kenapa digitalisasi tidak boleh hanya soal teknologi, tapi soal cara berpikir yang baru.
Langkah-Praktis Perubahan Mindset untuk UMKM
Agar mindset digital benar-benar terinternalisasi, berikut beberapa langkah praktis yang bisa mulai diterapkan:
- Tanya dulu: “Apa tujuan digitalisasi untuk bisnisku?”, Contoh: bukan hanya “ingin banyak followers”, tapi “ingin penjualan naik 30% dalam 6 bulan lewat online”.
- Pilih 1-2 proses yang akan diubah dulu, Misalnya: mulai dari sistem pembayaran digital + integrasi stok produk online → bukan sekaligus semua teknologi.
- Ukur dan evaluasi hasilnya, Data kecil seperti berapa banyak klik, konversi, pembelian ulang, bisa jadi indikator penting.
- Coba berubah sedikit demi sedikit dan adaptasi, Misalnya: ubah jenis konten, jam posting, channel yang dipakai, dan lihat mana yang terbaik.
- Bangun budaya “belajar digital” dalam usaha, Jadwalkan waktu untuk mengecek data, mencoba fitur baru, atau berdiskusi dengan tim tentang insight digital.
- Libatkan pelanggan dalam proses, Ajak feedback, testimoni, atau buat polling di media sosial: apa yang pelanggan butuhkan? Ini membantu mindset yang lebih pelanggan‐sentris.
Contoh Kasus Singkat
Misalnya usaha kerajinan tangan di kota kecil:
- Tradisional: produksi → pasar lokal → penjualan instan.
- Mindset digital: produksi → promosikan secara online + cerita di media sosial → transaksi via marketplace + pembayaran digital → evaluasi data pembeli → rangkul pelanggan baru di kota lain → ulangi yang berhasil.
- Dengan mindset ini, teknologi (media sosial, marketplace, QRIS) hanya jadi alat sedangkan cara berpikir yang berubah adalah yang mendorong hasil nyata.
Digitalisasi lebih dari teknologi, karena pada hakikatnya ia adalah perubahan dalam cara berpikir, dalam bagaimana bisnis memandang pelanggan, proses, dan hasil. Bagi UMKM yang ingin naik kelas dan relevan di era digital, teknologi hanyalah bagian kecil yang paling penting adalah siapkan mindset yang benar.
Mulailah dengan bertanya “Apakah saya siap berpikir digital?” Jika jawabannya ya maka teknologi akan bekerja untukmu, bukan sebaliknya.
Sekarang, bukan waktunya hanya “menjadi online”. Saatnya mulai berpikir digital, bertindak digital, dan tumbuh digital.