Gambar utama untuk Kenapa Sih Pelanggan Lebih Percaya Testimoni Daripada Iklan?

Kenapa Sih Pelanggan Lebih Percaya Testimoni Daripada Iklan?

Dipublikasikan pada 4 November 2025

Coba ingat kapan terakhir kali kamu beli sesuatu secara online entah baju, makanan, atau skincare. Apa yang kamu lihat duluan iklan produknya, atau kolom ulasannya?

Kebanyakan dari kita akan menjawab “Lihat review dululah”

Dan dari situlah jawabannya, pelanggan hari ini lebih percaya pengalaman orang lain daripada klaim brand sendiri.

Saat ini adalah era di mana kepercayaan jadi segalanya. Di dunia digital, semua orang bisa bikin iklan. Tapi justru karena terlalu banyak iklan, audiens jadi lebih skeptis. Mereka tahu setiap brand akan bilang “produk kami terbaik”, “harga kami paling murah”, dan seterusnya.

Masalahnya, semua bilang hal yang serupa. Jadi, apa yang bisa bikin orang percaya?

Suara orang lain, seperti testimoni, review, atau pengalaman nyata pelanggan punya nilai emosional dan sosial yang tinggi karena dianggap jujur, spontan, dan tidak punya kepentingan terhadap jualan.

Lalu kenapa testimoni begitu kuat? Pertama ada bukti sosial. Saat calon pembeli melihat orang lain puas, mereka merasa lebih aman ikut membeli. Kedua ulasannya lebih relatable. Bahasa pelanggan biasanya lebih natural dan apa adanya. Tentunya berbeda dengan iklan yang sering terlalu “sempurna”, testimoni malah terdengar seperti lagi laporan ke teman.

Secara nggak langsung testimoni ini bisa membangun kredibilitas tanpa promosi. Semakin banyak orang berbagi pengalaman positif, maka semakin kuat citra brand kamu di mata calon pelanggan baru.

Meski begitu, nggak semua testimoni punya dampak yang sama. Berikut tiga bentuk yang paling efektif dan bisa diterapkan untuk kontenmu.

  • Video testimoni pelanggan ngomong langsung, bisa direkam sederhana pakai smartphone aja
  • Screenshot chat dengan pelanggan terkait testimoni, melalui WhatsApp, DM, atau review marketplace bisa dijadikan konten story atau carousel
  • Cerita sederhana pelanggan di bagian caption, cerita seperti ini sering lebih efektif daripada tulisan “testimoni positif” yang formal.

Cara Menampilkan Testimoni Secara Natural di Konten

Biar nggak terasa terlalu promosi, kamu bisa selipkan testimoni di tengah storytelling. Misal, saat cerita proses pengiriman, tampilkan tangkapan layar ucapan pelanggan yang puas. Lalu bisa juga dengan menjadikan konten apresiasi. Buat post berjudul “Terima kasih udah percaya sama kami”. Terkahir, gunakan testimoni untuk edukasi, dari pengalaman pelanggan, kamu bisa jelaskan cara pakai produk dengan benar. Nah, melalui cara tersebut, konten tetap terasa hangat dan tulus.

Tapi nggak semua testimoni positif, pasti ada juga yang negatif, gimana dong? Tenang, semua orang punya selera dan penilain tersendiri. Itu normal. Dengan adanya testimoni positif kamu bisa gunakan sebagai peluang, lho.

Contohnya dengan merespons komentar negatif secara sopan dan terbuka, kamu menunjukkan bahwa brand-mu bertanggung jawab dan bisa dipercaya. Orang nggak cari brand sempurna, mereka cari brand yang peduli.

Kesimpulannya testimoni adalah bentuk pemasaran paling kuat, karena bukan kamu yang bicara, tapi pelangganmu sendiri. Kalau iklan menjual produk, maka testimoni menjual kepercayaan. Dan di dunia digital, kepercayaan adalah mata uang utama.

Kalau kamu pelaku UMKM yang pengin belajar gimana cara ngolah testimoni jadi konten yang hangat, natural, dan tetap jualan tanpa terasa promosi, Ikuti terus insight dari Afbenesia atau kunjungi instagram @afbenesia, ya!